Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Welcome to Blog ADAM DIANSUNI IDIIL (ADID) MUTHALIB

Senin, 17 Januari 2011

MENYEMPURNAKAN PERENCANAAN KEUANGAN

“Cari sehat, cari selamat, cari uang; bila semua itu bisa dicapai, kita akan bisa beribadah lebih baik”. Demikian salah satu nasehat singkat yang sejak kecil ditanamkan oleh orangtua kepada saya berkaitan dengan bagaimana cara menjalani hidup. Pada waktu memasuki masa remaja yang merupakan usia-usia kritis memasuki gerbang kedewasaan, saya sempat mempertanyakan nasehat yang saya terima tersebut. Mengapa ibadah ditaruh di urutan belakang, apakah berarti ibadah bukan merupakan prioritas dalam hidup? Bukankah justru manusia hidup itu tujuannya semata-mata untuk beribadah kepada Sang Khalik?

Bertahun-tahun pertanyaan diatas mengusik batin saya, dan keinginan terus mendesak untuk mencari tahu hakekat dari makna nasehat yang disampaikan oleh orangtua saya diatas. Ternyata titik terang mulai muncul pada waktu saya mendapat kesempatan untuk mempelajari sedikit ilmu tentang perencanaan keuangan dan pengelolaan kekayaan.

Dalam perencanaan keuangan (financial planning), kita dikenalkan adanya 5 (lima) pilar dalam berinvestasi untuk mengelola kekayaan (wealth management). Kelima pilar tersebut adalah : Asset Allocation, Time Horison, Investment Objectives, Return Profile, & Periodic Review. Namun kelima pilar Financial Planning diatas dilatarbelakangi oleh konsep-konsep pemikiran kapitalisme yang mendorong setiap individu untuk senantiasa mencari, mengelola dan mengakumulasikan kekayaan (Wealth Management) yang diperolehnya dan diharapkan dapat menciptakan keabadian harta yang kita miliki termasuk untuk diwariskan kepada generasi penerus (estate planning) dalam rangka mendapatkan pengakuan yang abadi (eternal recognition) dari lingkungan dan masyarakat.

Pertanyaannya adalah apakah hal-hal tersebut benar merupakan tujuan akhir yang pasti dan hakiki yang harus dikejar manusia dalam kehidupannya? Apakah pengakuan dari manusia lain terhadap kemampuan mempertahankan kekayaan, kekuasaan/jabatan dan bentuk-bentuk kemapanan lain di dunia merupakan tujuan akhir kehidupan manusia? Kembali ke pertanyaan diatas, bukankah tujuan utama manusia hidup di dunia untuk beribadah kepada Sang Pencipta?

Memang sebagai manusia yang mengakui kekuasaan Allah atas diri kita, kewajiban beribadah kepadaNya merupakan tujuan hidup yang mutlak. Namun apakah berarti kita tidak diperbolehkan untuk memperkaya diri melalui usaha-usaha yang kita lakukan dalam mencari dan mengelola kekayaan?

Disinilah perlunya kita melengkapi perencanaan keuangan yang kita buat dengan satu konsep tambahan yang bisa disebut dengan perencanaan sedekah (Charity Planning). Bagaikan menu “4 sehat, 5 sempurna”, perencanaan sedekah menjadi penyempurna dari serangkaian kegiatan perencanaan keuangan yang telah kita buat. Semakin banyak akumulasi kekayaan yang kita dapatkan, maka semakin besar pula peluang untuk memperbesar investasi akherat kita melalui top-up tanpa ada biaya premi tambahan. Mengapa demikian?

Bayangkan, untuk setiap investasi akherat yang dilakukan melalui perencanaan sedekah ini Allah sama sekali tidak mengenakan subscription maupun maintenance fee kepada manusia kecuali keikhlasan dan ketulusan hati. Dan atas setiap investasi yang ditanam tersebut langsung mendapatkan tingkat pengembalian hingga 700%. Maka, nikmat Allah manakah yang akan didustakan manusia, karena setiap kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan berbalas kebaikan sesuai janji Allah.

Akhirnya, bagi saya semua ini akhirnya memberikan penjelasan tentang makna “Cari sehat, cari selamat, cari uang; bila semua itu bisa dicapai, kita akan bisa beribadah lebih baik”. Kesehatan dan keselamatan lahir dan batin merupakan modal utama manusia untuk dapat mencari rezeki yang penuh keberkahan. Dengan keberkahan rezeki yang kita peroleh inilah menjadikan kita manusia yang lebih bersyukur dan dapat beribadah lebih baik. Karena manusia yang lebih baik di mata Allah bukanlah manusia yang semata-mata banyak harta dan memiliki kekuasaan serta pengaruh, namun dengan harta dan kekuasaan serta pengaruhnya tersebut dia dapat memberikan kebaikan dan berguna bagi manusia lain.