Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Welcome to Blog ADAM DIANSUNI IDIIL (ADID) MUTHALIB

Selasa, 18 Desember 2012

MENTAL WIRAUSAHA PEGAWAI

“Don’t judge each day by the harvest you reap, but by the seeds you plant.” --- Robert Louis Stevenson Beberapa waktu lalu muncul berita di media massa tentang wacana yang dilontarkan oleh Menteri Keuangan mengenai pensiun pegawai negeri sipil (PNS). Wacana yang disampaikan Menteri Keuangan adalah untuk mengganti fasilitas pensiun dan fasilitas kesehatan PNS, yang bentuknya diusulkan akan diberikan di muka sekaligus (lumpsum). Pertimbangan yang mendasari Menteri Keuangan menyampaikan usulan tersebut adalah bahwa jika wacana ini bisa dijalankan, maka Pemerintah sebagai employer akan dapat melakukan penghematan APBN hingga 20% pertahun!!! Wacana yang disampaikan tersebut seharusnya dapat dilihat sebagai langkah positif pemerintah dalam rangka menciptakan posisi saling menguntungkan (win-win situation) baik bagi pemerintah maupun bagi para PNS. Bagi PNS, wacana tersebut diharapkan dapat memotivasi mereka agar lebih kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan diri menghadapi pensiun, khususnya dalam mengelola uang pensiunnya, sehingga mereka memiliki kesempatan lebih luas dalam mengembangkan diri. Mereka diharapkan akan mulai membangun visi sendiri yang jelas dalam menghadapi masa pensiun, dan meyakini bahwa hal tersebut bergantung pada persiapan yang lebih awal dari fase kehidupan. Bagaimana dengan kondisi para pegawai di Bank Mandiri yang sebagian diantaranya berasal dari 4 legacy bank pemerintah? Menarik untuk kita pahami apa yang kita dengar tentang pengalaman para pensiunan legacy bank, termasuk yang mengikuti program pensiun dini. Banyak diantara mereka yang mendapat uang pesangon yang jumlahnya cukup besar. Namun ternyata tidak sedikit cerita yang kita dengar tentang para pensiunan yang tidak mampu mempertahankan, apalagi mengembangkan, uang pesangon yang diterimanya. Banyak dari mereka karena terbiasa bersikap pasif dalam mengelola uangnya sehingga malah terjebak dalam penawaran investasi instan yang tampak menjanjikan, atau tidak dapat menahan godaan hidup konsumtif karena kurangnya informasi dan kemampuan mengelola kekayaannya. Seperti mengutip ucapan Lewis Carroll: “If you don’t know where you are going, any road will get you there”. Belakangan ini manajemen mulai memberikan himbauan kepada para pegawai setiap kali akan dilakukan pembayaran insentif tahunan, agar pegawai berhemat dan menggunakan uang tersebut dengan bijaksana, antara lain untuk berinvestasi. Hal ini merupakan langkah awal yang baik, apalagi biasanya disertai dengan munculnya ‘iklan’ ajakan berinvestasi di Dana Pensiun di tengah gencarnya iklan dari Administrator intranet yang menawarkan berbagai kemudahan berbelanja yang menggoda. Namun langkah yang demikian masih belum cukup karena himbauan tersebut sifatnya hanya musiman sehingga bagaikan peringatan tanpa memberikan alternatif solusi apa yang bisa diambil pegawai. Akhirnya penawaran Dana Pensiun yang terkesan “product push” dikalahkan oleh tawaran belanja yang pasti lebih menggoda. If you fail to plan, you are planning to fail “Risk comes from not knowing what you’re doing”, demikian ungkapan yang disampaikan oleh Warren Buffett. Banyak orang mengidentikkan investasi dengan resiko sehingga cenderung menolak produk-produk investasi yang mengekspos resiko. Cara pandang seperti ini dikhawatirkan mendorong mereka untuk menerima tawaran-tawaran investasi yang menjanjikan imbal-hasil yang menggiurkan dalam waktu dekat tanpa ada resiko. Disinilah perlunya upaya untuk merubah mental pegawai agar lebih mampu menghadapi resiko sehingga lebih proaktif dalam mengelola kekayaannya dalam rangka mempersiapkan diri sebaik-baiknya menghadapi masa pensiun. Saat ini, pembekalan hanya diberikan kepada pegawai yang memasuki usia menjelang pensiun berupa pengetahuan praktis tentang berbagai bidang usaha potensial yang dapat dijalani pada masa pensiun. Sementara pegawai-pegawai yang masih lama masa aktifnya tidak dipersiapkan dengan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, sehingga mereka tetap dengan mental dan gaya hidup yang cenderung konsumtif (termasuk dalam berhutang). Padahal yang juga harus dipersiapkan sejak awal adalah kemampuan dan mental pegawai untuk berwirausaha dan mandiri dalam mengelola keuangannya. Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan manajemen adalah dengan memberikan pembekalan/pengetahuan tentang pengelolaan kekayaan (wealth management), antara lain melalui kegiatan sosialisasi Financial Planning (FP) kepada setiap pegawai secara aktif, berkesinambungan dan persuasif/memotivasi agar pegawai menjadikan FP sebagai bagian dari gaya hidup. Perubahan gaya hidup dari konsumtif menjadi terencana tersebut akan mendorong perubahan mental pegawai menjadi mandiri secara finansial, dan pada gilirannya membentuk mental wirausaha. Keberhasilan manajemen dalam membentuk perubahan mental pegawainya secara bertahap hingga siap berwirausaha pada waktu pensiun akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Di satu sisi, pegawai yang mampu mengelola keuangannya dengan baik selama bekerja di perusahaan akan tumbuh semangat dan motivasinya dalam bekerja sehingga memberikan kontribusi positif kepada perusahaan. Di sisi lain, mantan pegawai yang sukses menjalani kehidupan setelah pensiun dari perusahaan bisa meningkatkan perceived value perusahaan dalam pengelolaan SDM di mata stakeholders, sekaligus meningkatkan engagement pegawai yang masih aktif karena ada nilai kualitatif yang diyakini akan diterima pegawai berupa future expectation. "Try not to become a man of success, but rather a man of value." -- Albert Einstein