Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Welcome to Blog ADAM DIANSUNI IDIIL (ADID) MUTHALIB

Minggu, 23 Mei 2010

MEMBUDAYAKAN SIKAP INOVATIF DALAM BEKERJA

Ada pengalaman menarik yang dialami penulis sewaktu membayar jasa pemeriksaan di salah satu laboratorium klinis di Adelaide, Australia. Petugas yang melayani kebingungan bagaimana melayani overseas student yang tidak dikaver oleh asuransi pemerintah. Akhirnya penulis menawarkan untuk membayar tunai dengan pertimbangan kemudahan proses, dan tawaran ini diterima oleh petugas tersebut setelah berkonsultasi dengan kantor pusatnya. Namun ternyata pada waktu menerima cek penggantian biaya laboratorium dari asuransi kesehatan, penulis mendapati bahwa cek tersebut tidak dapat langsung diuangkan oleh penulis karena tertulis atas nama laboratorium tersebut sehingga harus diendors terlebih dahulu. Kembali penulis mendatangi petugas disana, dan ternyata prosedur yang harus dijalankan untuk mengendors cek tersebut memakan waktu lama. Karena sudah demikian lama menunggu penggantian uang yang jumlahnya tidak terlalu signifikan, maka penulis minta agar kiranya bisa langsung diganti tunai dengan kompensasi menyerahkan cek untuk dapat diuangkan langsung karena memang sudah atas nama laboratorium tersebut. Dengan pertimbangan diatas maka kedua belah pihak dapat menghemat waktu dan biaya (karena laboratorium tidak harus mengirimkan cek yang sudah diendors kembali ke pengirim). Namun dengan tegas(atau kaku?)nya petugas tersebut mengatakan bahwa dia mengikuti prosedur dari kantor pusatnya. Alhasil, penulis harus menunggu lagi untuk sekian lama karena ternyata cek tersebut tampaknya salah kirim di bagian lain di kantor pusatnya sehingga masih harus ditelusuri lagi keberadaannya.

Cuplikan pengalaman seperti diatas seringkali terjadi. Akibat prosedur kaku yang dijalankan oleh suatu perusahaan tanpa melihat perubahan situasi dan kondisi di masyarakat yang merupakan target pasarnya mengakibatkan ketidakpuasan konsumen karena harus menjadi “korban” dari prosedur yang kaku tersebut. Konsumen yang kecewa tersebut mungkin akan menceritakan pengalaman buruk yang dialaminya kepada orang-orang yang dikenalnya ataupun kedalam kolom keluhan pelanggan di media massa. Akibatnya akan lebih buruk lagi buat perusahaan apabila bidang usaha yang dijalankannya dalam kondisi persaingan sempurna karena membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan pesaing.

Mari kita hibur diri kita sejenak dengan mendengarkan musik jazz. Nada-nada yang terdengar sekilas terkesan tidak beraturan dan berbeda setiap kali bagian lagu yang sama dimainkan ulang. Namun hal lain yang menonjol dalam suatu penampilan musik jazz adalah bagaimana para pemainnya tampak benar-benar menghayati permainannya baik secara individual maupun sebagai suatu kelompok sehingga menghasilkan suatu musik yang dinamis, sementara para penikmatnyapun tampak terlibat secara emosional dengan musik yang sedang dimainkan.

Apa yang menarik dari musik jazz seperti yang diungkapkan oleh Noel Dennis dan Michael Macaulay dari Tesside Business School, UK adalah bagaimana musik tersebut dimainkan dengan melibatkan perasaan masing-masing pemainnya sehingga tidak pernah menghasilkan musik yang persis sama. Dan kunci dari semua itu adalah improvisasi yang mengakar kepada kreatifitas terstruktur, fleksibilitas, interaksi dalam kerjasama serta inovasi. Setiap pemain diberi keleluasaan untuk berimprovisasi sehingga mereka bisa mengeluarkan kreatifitas dan inovasi mereka secara penuh mengikuti tuntutan para penikmatnya namun tetap dalam kerangka permainan bersama yang interaktif sehingga tidak pernah menonjolkan satu pemain tertentu. Hal inilah yang membedakan musik jazz dari musik-musik lainnya, misalnya musik yang dimainkan oleh suatu orkestra dimana semua pemain harus mengikuti aba-aba yang diberikan oleh sang konduktor sehingga konduktor memegang peran kunci dan menentukan.

Seperti halnya musik jazz yang berorientasi kepada pendengarnya, suatu perusahaan barang/jasa yang berorientasi pasar seharusnya lebih memberi peluang kepada pegawai-pegawainya yang langsung berhadapan dengan konsumen untuk berimprovisasi pada waktu melayani para konsumennya. Para pegawai tersebut harus dididik menjadi inovatif sehingga memiliki kemampuan untuk berimprovisasi dengan benar, tentunya setelah terlebih dahulu dipastikan bahwa mereka memahami benar apa visi, misi dan sasaran perusahaan. Sehingga improvisasi yang dilakukan tersebut tetap dalam kerangka strategi perusahaan serta melibatkan unsur-unsur lain di perusahaan yang terkait untuk memastikan bahwa improvisasi yang dilakukan tidak merugikan perusahaan.

Dalam konteks Bank Mandiri, penerapan hal diatas dapat dilakukan antara lain dengan memberi lebih banyak keleluasaan bagi cabang-cabang agar mereka dapat berinovasi atau memodifikasi langkah-langkah mereka dalam mengimplementasikan strategi perusahaan dalam kerangka mencapai tujuan akhir perusahaan. Bagi para pimpinan unit kerja di cabang, biarkan para pegawai mereka melakukan beberapa penyesuaian selama hal tersebut selalu dilaporkan/termonitor dan sejalan dengan tujuan perusahaan.

Keuntungan lain dari penerapan langkah-langkah diatas adalah bisa digunakan sebagai sarana untuk memonitor dan/atau mengukur keberhasilan pelaksanaan strategi perusahaan. Dari interaksi yang terjadi pada waktu para pegawai melakukan improvisasi, para pimpinan akan dapat mengukur seberapa jauh strategi dan tujuan perusahaan dipahami oleh para pegawainya. Implikasi dari hal tersebut adalah untuk mendukung obyektifitas penilaian terhadap setiap pegawai karena bagi pegawai yang improvisasinya mendukung strategi dan memberi keuntungan kepada perusahaan tentunya layak mendapatkan penghargaan (reward).

Selamat berjazz ria dalam bekerja!!