Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Welcome to Blog ADAM DIANSUNI IDIIL (ADID) MUTHALIB

Minggu, 23 Mei 2010

MEMPROMOSIKAN INTERNET BANKING SECARA EFEKTIF

Menarik sekali mengamati dan mempelajari fenomena yang terjadi di sekitar kegiatan bisnis Foodland, sebuah jaringan toko serba ada (supermarket chains) yang berkembang khususnya di Australia Selatan. Meskipun dalam hal jaringan distribusi di seluruh wilayah Australia tidaklah sebesar supermarket chains yang lain seperti Coles, Woolworths atau Bi-Lo yang bila di Indonesia mungkin bisa disetarakan dengan Carrefour atau Giant, namun memang justru jargon Foodland yang selalu mereka pasang pada setiap media promosi adalah “proudly South Australian owned and operated” dan satu hal yang selalu menjadi unggulan mereka adalah harga yang kompetitif (baca=lebih murah?) yang mereka tawarkan kepada konsumen.

Namun apa yang menggelitik penulis untuk membuat tulisan ini bukanlah bagaimana bisnis retail seperti Foodland beroperasi, melainkan bagaimana strategi marketing yang mereka laksanakan untuk menciptakan competitive advantage bagi usaha mereka sehingga akan menarik konsumen untuk berbelanja di toko mereka. Salah satu strategi yang menarik minat penulis untuk membahasnya adalah strategi yang dijalankan salah satu tokonya dalam hal pengaturan kereta belanja (trolley) yang melibatkan konsumen secara aktif. Mengapa hal ini menjadi menarik?

Pada suatu waktu saat penulis sedang berbelanja kesana, penulis melihat seorang konsumen mendorong kereta belanja yang baru saja dia gunakan dari halaman parkir ke dalam toko. Sesaat dia mendorong masuk kereta belanja ke pangkalannya (trolley bay), sistem di pangkalan kereta belanja yang dirancang khusus secara otomatis mengeluarkan uang logam sebagai reward karena sang konsumen membantu mengembalikan kereta belanja ke tempatnya. Yang menjadi pertanyaan penulis selanjutnya adalah apakah promosi semacam ini tidak menambah biaya? Sekiranya tidak, apakah keuntungan yang kiranya bisa diperoleh Foodland dengan mengeluarkan biaya tambahan untuk hal diatas?

Pertanyaan ini terjawab setelah penulis mengamati kegiatan pengaturan kereta belanja yang dilakukan oleh toko-toko lain Apa yang dilakukan oleh toko-toko lain adalah mereka harus mempekerjakan tenaga kerja tambahan untuk mengumpulkan, mengembalikan, dan mengatur kembali kereta-kereta belanja yang ditinggalkan oleh para pelanggan di pelataran parkir setelah mereka memasukkan barang-barang yang dibeli ke dalam kendaraan. Tenaga kerja tambahan berarti biaya operasional tambahan yang pada gilirannya akan memperkecil margin keuntungan perusahaan atau yang lebih buruk lagi akan berdampak pada berkurangnhya daya saing apabila perusahaan berada dalam pasar yang sangat kompetitif sehingga margin yang sudah ada sudah sangat kecil.

Gambaran kisah diatas segera mengingatkan penulis tentang layanan elektronik terbaru yang diluncurkan oleh Bank Mandiri belum lama ini, Internet Banking Mandiri. Seperti layaknya bidang-bidang usaha lainnya, internet banking memiliki keuntungan tersendiri antara lain kecepatan dan akurasi informasi yang bisa diperoleh oleh nasabah serta kemudahan bertransaksi yang dapat dinikmati oleh nasabah hanya dengan cara mengakses internet dimanapun dia berada.

Hal menarik lainnya yang perlu juga diperhatikan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Booz Allen & Hamilton pada tahun 1999. Penelitian yang membandingkan biaya per transaksi perbankan diantara berbagai media pelayanan diantaranya konter kantor cabang ($1.07), telepon ($0.54), ATM ($0.027) dan internet ($0.01) menunjukkan bahwa internet memberikan beban terendah bagi bank dalam melayani nasabahnya. Ini berarti bahwa semakin banyak nasabah yang bertransaksi menggunakan layanan internet, maka semakin rendah biaya operasional yang harus ditanggung oleh bank. Dengan kata lain, pemanfaatan internet banking dapat semakin meningkatkan profitabilitas nasabah, yang pada gilirannya meningkatkan keuntungan bank.

Namun di sisi lain diakui pula bahwa internet membutuhkan investasi yang relatif besar berkaitan dengan pembangunan sistem infrastrukturnya, sehingga dalam konteks economies of scale internet biasanya hanya menjadi alternatif bagi perusahaan-perusahaan besar. Berkaitan dengan hal ini, nampaknya Bank Mandiri telah berada di jalur yang benar dengan meluncurkan internet banking karena dengan jumlah nasabah yang demikian besar maka biaya yang dibebankan kepada setiap nasabah akan semakin kecil.

Apa yang perlu dilakukan selanjutnya adalah bagaimana mendorong nasabah untuk memanfaatkan layanan elektronik ini semaksimal mungkin. Mengkomunikasikan kepada nasabah maupun calon nasabah melalui berbagai media tentang bagaimana internet banking dapat mempermudah transaksi perbankan mereka tentulah suatu hal yang tepat untuk meningkatkan awareness mereka tentang benefit yang diperoleh dengan menggunakan internet banking. Namun yang perlu juga dilakukan adalah memberikan stimulasi kepada nasabah agar mereka berkeinginan untuk mencoba/memanfaatkan layanan internet banking ini, seperti yang dilakukan oleh Foodlands dengan memberi insentif untuk setiap pengembalian kereta belanja. Pemberian insentif ini bisa dikompensasikan dari potensi penghematan biaya apabila kelak nasabah sudah terbiasa menggunakan internet banking, apalagi dengan pertimbangan bahwa pemberian insentif ini bersifat promosional sehingga bukan merupakan biaya tetap.

Hal terakhir yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana memastikan bahwa program promosi ini berjalan secara efektif sesuai tujuan. Hal ini tentunya berpulang kembali kepada bagaimana menerapkan aturan-aturan main yang jelas, termasuk di dalamnya menutupi celah-celah yang dapat dimanfaatkan. Dalam kasus Foodlands, misalnya, mencegah kemungkinan adanya orang-orang tertentu yang dengan sengaja mengeluarkan kereta belanja kosong dari dalam toko untuk dimasukkan kembali ke dalam pangkalannya karena mereka harus melewati para kasir di pintu keluar. Untuk pengamanan promosi internet banking, mungkin saatnya para ahli teknologi informasi (IT) yang berbicara.